Kamis, 12 Oktober 2017

#

Di Kamarmu

unsplash.com/photos/yGUuMIqjIrU

Seperti nyayian kupu-kupu yang melahirkan air, udara menyusup pada selimutmu. Menungguimu dalam malam yang redup di sependar lilin. Tertiup mengikuti alunanku. Alunan untuk laron dan rembulan yang memandangi pekuburan-pekuburunmu. Yang ditimbun kayu-kayu yang dibakar penghuni malam. Menyepikan diri dari malam. Malam yang dilupakan matahari dan bunga-bunga.

Ada yang menyapaku di dekat kolam. Kolam dengan dua ekor ikan. Berdiam di ujung gulita. Sedang kecebong selalu muncul dan bertanya pada permukaan air: “kenapa aku tertinggal?” Dan kunang-kunang mencelupkan warna pada malam. Yang menjadikannya bertubuh kuning dan terang. Dan rerumputan bergoyang ke arahnya. Menuntun pada mimpi. Mimpi sebelum tidur.

Dan di selimutmu ada yang lahir. Bernyawa merah dan bertubuh ungu. Aku seperti menyebutmu berulang kali di penghujung lilin. Yang tadi pagi menutup diri. Dibujuk angin untuk lelap di tidurnya. Menyisakan abu yang melingkari tubuhmu. Hijau muda. Dan gerai rambutmu memberi tahu bahwa aku tidak melahirkan pagi. Yang membuatmu terbangun di siang hari.


(Bangkalan, 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Me @orangkomidi